Bulan-bulan berikutnya tentara Jepang makin gelisah menghadapi keadaan yang semakin genti setelah tertembaknya seorang pejabat kesehatan, Dokter Kariadi. Tentara Jepang memutuskan bertindak dengan pertimbangan lebih baik menyerang terlebih dahulu daripada diserang oleh para pemuda Semarang.
Tanggal 14 Oktober 1945, pergerakan tentara Jepang dari Markas Kido Butai di Jatingaleh (
- Pasukan tempur anak buah dari Mayor Yagi, sebanyak 472 orang
- Kompi meriam dipimpin oleh Kapten Fukuda, sebanyak 66 orang
- Kompi 9 dipimpin oleh Kapten Motohiro, sebanyak 155 orang
- Kompi 10 dipimpin oleh Kapten Nakasima, sebanyak 155 orang
- Pasukan cadangan, dipimpin oleh Kapten Yamada, sebanyak 101 orang
Tentu saja pegerakan tentara Jepang ini mendapat perlawanan seluruh penduduk Semarang. Semrang diberbagai tempat terjadi perlawanan hebat. Para pejuang bersatu untuk tetap mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih sampai titik darah penghabisan. Menurut catatan sejarah, pertempuran mereda pada tanggal 19 Oktober 1945. Oleh bangsa Indonesia, peristiwa itu dikenang sebagai peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang.